OBSTRUKSI BILIARIS
A.
PENGERTIAN
OBSTRUKSI BILIARIS
Obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan. (Ngastiyah,2005).
B. GAMBARAN UMUM OBSTRUKSI BLIARIS
Antara hati dan usus halus terdapat saluran yang berfungsi
sebagai tempat mengalirnya empedu yang di produksi hati menuju usus. Jika
saluran ini tersumbat, maka hal ini disebut sebagai obstruksi biliaris
(Sarjadi, 2000).
Penyebab obstruksi
biliaris adalah tersumbatnya saluran empedu sehingga empedu tidak dapat
mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai strekobilin ) didalam feses
(Ngastiyah, 2005).
Penderita tampak
ikterik, akan sangat berat apabila obstruksi tidak dapat diatasi, bilirubin
serum yang terkonjugasi meningkat, feses pucat dan urine berwarna gelap
(pekat). Biasanya terdapat juga peningkatan kadar alkalin fosfate serum
terutama transaminase. (Sarjadi,2000)
Apabila terjadi
obstruksi biliaris persisten, empedu yang terbendung dapat mengalami infeksi,
menimbulkan kolangitis dan abses hepar. Kekurangan empedu dalam usus halus
mempengaruhi absorpsi lemak dan zat yang terlarut dalam lemak (misalnya
beberapa jenis vitamin) (Sarjadi,2000)
C.
PATOFISIOLOGI
Sumbatan saluran empedu dapat terjadi karena kelainan pada
dinding misalnya ada tumor, atau
penyempitan karena trauma(iatrogenik).
Batu empedu dan cacing askariasis sering dijumpai sebagai penyebab sumbatan
didalam lumen saluran. Pankreatitis, tumor caput pankreas, tumor kandung empedu
atau anak sebar tumor ganas di daerah ligamentum hepato duodenale dapat menekan
saluran empedu dari luar menimbulkan gangguan aliran empedu. (Reskoprodjo,
1995)
Beberapa keadaan yang jarang dijumpai sebagai penyebab
sumbatan antara lain kista koledokus, abses amuba pada lokasi tertentu, di
ventrikel duodenum dan striktur sfingter papila vater. (Reskoprojo,1995)
Kurangnya bilirubin dalam saluran usus bertanggung jawab
atas tinja pucat biasanya dikaitkan dengan obstruksi empedu. Penyebab gatal
(pruritus) yang berhubungan dengan obstruksi empedu tidak jelas. Sebagian
percaya mungkin berhubungan dengan akumulasi asam empedu di kulit. Lain menyarankan mungkin berkaitan dengan pelepasan opioid
endogen (Judarwanto,2009).
Penyebab obstruksi biliaris adalah tersumbatnya saluran
empedu sehingga empedu tidak dapat mengalir kedalam usus untuk dikeluarkan (
sebagai strekobilin ) didalam feses. (Ngastiyah, 2005).
Kemungkinan penyebab
saluran empedu tersumbat meliputi:
1. Kista dari saluran empedu
2. Lymp node Diperbesar dalam porta hepatis
3. Batu empedu
4. Peradangan dari saluran-saluran empedu
5. Trauma cedera termasuk dari operasi kandung
empedu
6. Tumor dari saluran-saluran empedu atau
pankreas
7. tumor yang telah menyebar ke sistem empedu
(Zieve David,2009)
D.
GEJALA
1. Gambaran klinis gejala mulai terlihat pada
akhir minggu pertama yakni bayi ikterus
2. Kemudian feses bayi berwarna putih agak
keabu-abuan dan liat seperti dempul
3. Urine menjadi lebih tua karena mengandung
urobilinogen
4. Perut sakit di sisi kanan atas
5. Demam
6. Mual dan muntah (Zieve David,2009)
E.
ETIOLOGI
Obstruksi
biliaris ini disebabkan oleh
:
1.
Batu empedu
2.
Karsinoma duktus biliaris
3.
Karsinoma kaput pankreas
4.
Radang duktus biliaris komunis
5.
Ligasi yang tidak disengaja pada duktus komunis (Sarjadi,2005)
6.
Kista dari saluran empedu
7.
Limfe node diperbesar dalam porta hepatis
8.
Tumor yang menyebar ke sistem empedu (Zieve David,2009)
F.
KLASIFIKASI
Berdasarkan penyakit yang ditimbulkan,
meliputi :
1. Penyakit
duktus biliaris intrahepatik :
a. Atresia
biliaris
Merupakan
suatu kondisi kelainan dimana saluran empedu tidakterbentuk atau tidak
berkembang secara normal.
b. Sirosis
biliaris primer
Secara
histologis kerusakan duktus tampak dikelilingi infiltrasi limfosit yang padat
dan sering timbul granuloma.
c. Kolangitis
sklerosing
Obat-obatan
long-acting lebih menyebabkan kerusakan hepar dibandingkan dengan obat-obatan
short-acting. (Sarjadi,2000)
2. Obstruksi
biliaris akut
Obtruksi
biliaris akut duktus biliaris umumnya disebabkan oleh batu empedu. Secara
klinis akan menimbulkan nyeri kolik dan ikterus. Apabila kemudian sering
terjadi infeksi pada traktus biliaris, duktus akan meradang (kolangitis) dan
timbul demam. Kolangitis dapat berlanjut menjadi abses hepar.
Obstruksi
biliaris yang berulang akan menimbulkan fibrosis traktus portal dan regenerasi
noduler sel hepar. Keadaan ini disebut sirosis biliaris sekunder.
(Sarjadi,2000)
G.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik, adanya
tanda ikterus atau kuning pada kulit, pada mata dan di bawah lidah. Pada
pemeriksaan perut, hati teraba membesar kadang juga disertai limfa yang
membesar.
Pemeriksaan
Laboratorium dan Imaging
1.
Pemeriksaan darah (terdapat peningkatan kadar bilirubin)
Pemeriksaan darah
dilakukan pemeriksaan fungsi hati khususnya terdapat peningkatan kadar
bilirubin direk. Disamping itu dilakukan pemeriksaan albumin, SGOT, SGPT,
alkali fosfatase, GGT. Dan faktor pembekuan darah.
2.
Rontgen perut (tampak hati membesar)
3. Kolangiogram atau
kolangiografi intraoperatif
Yaitu dengan
memasukkan cairan tertentu ke jaringan empedu untuk mengetahui kondisi saluran
empedu. Pemeriksaan kolangiogram intraoperatif dilakukan dengan visualisasi
langsung untuk mengetahui patensi saluran bilier sebelum dilakukan operasi
Kasai.
4.
Breath test
Dilakukan untuk
mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat. Obat-obat
tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan)
maupun intravena (melalui pembuluh darah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang dimetabolisir oleh hati.
5.
USG
Menggunakan gelombang
suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran empedu. Pemeriksaan
ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor. USG merupakan
pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan gambaran
dari kandung empedu dan saluran empedu. Dengan USG, dokter dengan mudah bisa
mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung empedu. USG dengan mudah
membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan
saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati.
USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah
dalam pembuluh darah di hati. USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada
saat memasukkan jarum untuk mendapatkan contoh jaringan biopsi.
6.
Imaging radionuklida (radioisotop)
Menggunakan bahan yang
mengandung perunut radioaktif, yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh
organ tertentu. Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang
dipasangkan pada sebuah komputer.
7.
Skening hati
Merupakan penggambaran
radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif, yang diikat oleh sel-sel
hati.
8.
Koleskintigrafi
Menggunakan zat
radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran empedu. Pemeriksaan ini
digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu (kolesistitis).
9.
CT scan
Bisa memberikan
gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari tumor.
Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti
perlemakan hati (fatty liver) dan jaringan hati yang menebal secara
abnormal (hemokromatosis). Tetapi karena menggunakan sinar X dan
biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak digunakan.
10. MRI
Memberikan gambaran
yang sempurna, mirip dengan CT scan. Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan,
membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus berbaring dalam ruangan yang
sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami klaustrofobia (takut
akan tempat sempit).
11.
Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd
Merupakan suatu
pemeriksaan dimana suatu endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung
dan usus dua belas jari, menuju ke saluran empedu. Suatu zat radiopak kemudian
disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari saluran
empedu. Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis)
pada 3-5% penderita.
12.
Kolangiografi transhepatik perkutaneus
Menggunakan jarum
panjang yang dimasukkan melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat
radiopak ke dalam salah satu dari saluran empedu. Bisa digunakan USG untuk
menuntun masuknya jarum. Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu,
terutama penyumbatan di dalam hati.
13.
Kolangiografi operatif
Menggunakan zat
radiopak yang bisa dilihat pada rontgen. Selama suatu pembedahan, zat tersebut
disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu. Foto rontgen akan
menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
14. Foto rontgen
sederhana
sering bisa
menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.
15.
Pemeriksaan Biopsi hati
Untuk melihat struktu
organ hati apakah terdapat sirosis hati atau kompilkasi lainnya. Laparotomi
biasanya dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan.
16. Laparotomi (biasanya
dilakukan sebelum bayi berumur 2 bulan). (Indonesia, USA & internasional
berkumpul, 2000)
H.
PENCEGAHAN
Mengetahui
faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat
dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
Mengetahui
faktor resiko yang dimiliki, sehingga mendapatkan prompt diagnosis dan
pengobatan jika saluran empedu tersumbat. Penyumbatan itu sendiri tidak dapat
dicegah. (Attasaranya S, Fogel EL, 2008)
KOMPLIKASI
1. Demam
2.
Nafsu makan berkurang
3. Sulit
buang air besar
I.
Penatalaksanaan
Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan obstruksi biliaris bertujuan untuk
menghilangkan penyebab sumbatan atau mengalihkan aliran empedu. Tindakan
tersebut dapat berupa tindakan pembedahan misalnya pengangkatan batu atau
reseksi tumor. Dapat pula upaya untuk menghilangkan sumbatan dengan tindakan
endoskopi baik melalui papila vater atau dengan laparoskopi. (Reksoprodjo,
1995)
Bila tindakan pembedahan tidak mungkin dilakukan untuk menghilangkan penyebab
sumbatan, dilakukan tindakan drenase yang bertujuan agar empedu yang terhambat
dapat dialirkan. Drenase dapat dilakukan keluar tubuh misalnya dengan
pemasangan pipa naso bilier, pipa T pada duktus koledokus, atau
kolesistostomi. Drenase interna dapat dilakukan dengan membuat pintasan bilio
digestif. Drenase interna ini dapat berupa kelesisto-jejunostomi,
koledoko-duodenostomi, koledoko-jejunustomi atau hepatiko-jejunustomi.
(Reksoprodjo, 1995)
1.
Penatalaksanaan Keperawatan
Pertahankan kesehatan
bayi (pemberian makan yang cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta
menghindarkan kontak infeksi). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa
keadaan kuning pada bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena
hiperbilirubinemia biasa yang dapat hanya dengan terapi sinar atau terapi lain.
Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena terdapatnya penyumbatan ( Ngastiyah,
2005).
2.
Penatalaksanaan Medisnya ialah dengan operasi ( Ngastiyah, 2005).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar